[Mugunghwa Mini Series #16] Childish Jealousy 

Childish Jealousy || Park Hani × Bae Yoobin, Yoo Shiah, Lee Laena, Slight!Lee Jieun || Slice of Life, beloved people’s-complex || Teen || Continued

Seq 1 One Last Time | Seq Don’t Go Today | Series #1 | Series #2 | Series #3  | Series #4  | Series #5  | Series #6 | Series #7 | Series #8 | Series #9  | Series #10 | Series #11 | Series #12 | Series #13 | Series #14 | Series #15

Special Backsound: VIXX LR – 할 말 (Words to Say) Leo Solo

.

.

.

© AnisMaria Present

Sejauh yang dapat Hani ingat, Lee Laena selalu baik padanya. Sebenarnya, yang baik hati tidak hanya perempuan dengan tinggi badan sedang dan rambut kelam kecokelatan itu, tetapi juga suaminya yang kendati diam, sepi, sunyi, bak prasasti, namun selalu mengulas senyum pada seluruh karyawan-karyawati istrinya bila pria itu bertandang ke kantor tersebut. Begitu pula dengan beberapa staf di Serendipity, yang jua tak pernah mengacuhkannya dengan sengaja hanya lantaran tak suka.

Mereka baik dengan caranya sendiri-sendiri. 

Ada Bae Yoobin, seorang Manajer Publikasi yang tak pernah rewel dan selalu siap mengerjakan tugasnya dengan tanpa jemu memposting luncuran novel terbaru dari Serendipity dan mengiklankannya serta mencatat pemesanan dengan hati gembira. Gadis yang ceria dan manis kendati di awal jumpa Hani sempat berprasangka dia adalah perempuan sinis—usianya sama dengan Hani.

Ada pula Baek Juho, pemuda yang setahun lebih tua dari Hani dan berposisikan sebagai Editor. Runcing hidungnya dan tegas dagu serta rahangnya membuat staf lain gencar mengatai Baek Juho sebagai pemuda keturunan campuran, yang mana ditentang dengan amat sangat oleh yang bersangkutan sebab ia berdarah Korea tulen.

Sementara pemuda berwajah dingin yang cara bicaranya teramat polos melebihi polosnya magnae dalam sebuah boygroup, Yoon Dowoon, adalah staf yang beroperasi di bagian pencetakan naskah dan amat profesional di bidangnya. Kendati ekspresinya dingin, namun senyum lebarnya melebihi hangatnya mentari di pagi pertama bulan Januari—yang mengeliminasi gigil semu akibat guguran salju di tepi jalan. Usianya dua tahun di atas Hani.

Selanjutnya ada Kang Seulgi, seorang ilustrator sampul yang sosoknya jarang kelihatan lantaran harus fokus di ruangannya. Usianya segaris dengan Lee Laena, lebih tua beberapa bulan.

Terakhir, dan yang benar-benar paling akhir, adalah seorang Selektor Naskah bernama Yoo Shiah—yang seumuran dengan Yoon Dowoon, gadis bersurai kelam yang bibir tebalnya mengimpresikan kecantikan layaknya Barbie doll. Senyumnya jarang terlukis, namun amat indah dan menenangkan kendati tak jarang tatap matanya sedikit mengerikan.

Mereka semua adalah para staf kebanggaan dan kesayangan Lee Laena, yang memang lembut hati dan baik terhadap orang-orang yang berjasa padanya.

Bila sebelumnya Lee Laena akan tersenyum lebar dan berteriak senang kala Hani datang untuk merevisi naskah, maka kini hanya kata nihil dan angka nol yang didapat dari apa yang menjadi ekspektasinya.

Lee Laena bahkan tak menyapanya, meski hanya berupa sekelumit senyum tipis nan pendek. Begitu tahu Hani ada di ruang yang sama dengan Baek Juho, Laena tanpa kata langsung berlalu begitu saja menuju ruangan  Yoo Shiah. Di jam istirahat, ketika Hani memakan bekal bersama Bae Yoobin yang mengaku kebanyakan membawa nasi dan ingin berbagi dengannya, Lee Laena hanya melirik sambil lalu lantas pergi keluar entah ke mana.

Siang itu, sehabis makan dan sebelum memulai jam kerja lagi, Hani dikejutkan dengan kehadiran seorang wanita berwajah manis dan ramah tengah mencari Lee Laena. Yoo Shiah mendatanginya dengan kembangan senyum mempeta wajah, dan mengatakan Lee Seonsaeng akan segera kembali.

“Yoobin, itu siapa?” tanya Hani penasaran pada Yoobin yang tengah meminum kopi hangat pemberian dari Baek Juho beberapa menit lalu. Pemuda berjuluk Half-Blood Prince itu memang sering membagi-bagikan minuman atau makanan ringan pada rekan-rekannya.

Menghentikan sejenak aktivitas menyesap minuman di tangan, Yoobin mengerling perempuan yang tengah berbicara dengan Shiah dan kembali memberikan fokusnya pada Hani. “Dia Jieun Eonni, sahabat baik Lee Seonsaeng.”

“Kenapa aku baru lihat hari ini, ya? Apa karena dia baru datang sekarang? Atau karena aku terlalu jarang hadir?” Hani membaca pikirannya sendiri seakan ada tulisan yang keluar di atas dahi, namun ia kembali menemui kegagalan. “Apa mereka dekat sekali?”

Sangat,” komentar Yoobin dengan suara menggebu yang harus diredam demi tak membuat si objek yang bersangkutan mendengarnya. “Mereka sangaattttt dekat. Lee Seonsaeng bahkan rela meninggalkan kantor berhari-hari ketika Jieun Eonni sakit. Akhir-akhir ini, Jieun Eonni memang sering kemari dan kalau sudah bertemu dengan Lee Seonsaeng, mereka akan pergi ke ruangannya selama berjam-jam sebelum akhirnya Jieun Eonni pulang. Mungkin kalau kau akan sering mengerjakan naskahmu di sini, kau juga akan sering melihatnya.”

Bogi sirheo[*].’ Hani membatin kejam dari dalam hati, ketika lesakan perasaan cemburu menggilas dasar hatinya.

Hani adalah pribadi yang pencemburu pada siapa pun yang disayanginya. Hani kerap kali merasa jengkel kala kakak pertamanya, Park Chanyeol, lebih sering berbicara dan menghabiskan waktu bersama Hanseong—kakak keduanya—yang menyebalkan. Ia juga sering marah tidak jelas ketika kakak ipar tersayangnya, Wendy—istri Chanyeol—memilih pergi belanja dengan sepupunya daripada mengajak Hani yang tak tahan dingin. Dulu, Hani juga sempat patah hati lantaran guru sastra kesukaannya di sekolah lebih memilih adik kelas dibanding dirinya ketika ada kompetisi mengarang bebas. Padahal ia tahu sang guru melakukannya sebab Hani yang notabene murid kelas tiga akan segera melaksanakan ujian akhir.

Terakhir, dan yang paling menyakitkan, Hani sempat dilanda desperasi berhari-hari—tanpa ia mau dengan lugas mengakui, ketika ternyata ia tahu bahwa pemuda yang mencuri fokus dan hatinya selama nyaris tiga tahun di bangku sekolah menengah atas ternyata tak pernah ‘melihat’ ke arahnya. Pemuda itu, tanpa pernah Hani duga, ternyata menyukai orang lain dan itu bukan Hani.

Sejak saat itu, Hani tak pernah lagi mencoba untuk memasukkan orang lain ke dalam hatinya. Meski ia mencinta, hatinya dibiarkannya kosong dan berdebu sebab ia jua memiliki ketakutannya sendiri akan sebuah hal yang mungkin terjadi. Hani mencoba untuk tak memperbesar kecemburuan-kecemburuan kecil itu demi menjaga hubungan baiknya dengan orang-orang yang ia sayang, kendati ia tak memiliki banyak kawan.

Kini, entah mengapa, sejak ia memutuskan untuk tak lagi merasa cemburu pada Wendy yang sangat menyayangi sepupunya dan Chanyeol yang tampak lebih menyukai Hanseong daripada dirinya, perasaan kesal itu kembali hadir lagi usai ia mendengar secara sepintas akan sebuah fakta dari bibir manajer publikasi di tempatnya bekerja.

Hani benci mengakui, bahwa ia pun telah jatuh pada kebaikan hati sang atasan yang dahulu tiada jemu dalam menarik tangannya ketika ia tertahan dengan nyaman di dalam kubangan.

Kebodohan pertama seorang Park Hani adalah … ia terlalu mudah luluh pada sifat baik orang lain di awal perjumpaan.

Hei, itu Lee Seonsaeng sudah kembali ,” kata Yoobin memberitahu kala pintu utama bangunan Serendipity terkuak, lantas menampilkan figur perempuan muda yang perutnya mulai tak ramping lagi.
Hani memutar leher ke belakang dan menemukan dua perempuan muda beserta Yoo Shiah yang lantas bergabung lagi dengannya dan Yoobin. Mereka berdua—Laena dan Jieun—saling lempar senyum hangat dan Hani menyaksikan sekelebat kilatan mata Lee Laena mengarah padanya sebelum kemudian berlalu dengan tangan menggandeng lengan sahabatnya.

“Hani, ayo kita mulai lagi.”

Tersadar oleh suara ajakan itu, Hani mengembalikan wajah menghadap Shiah dan Yoobin.

Waktu telah menanti di depan sana, bersama lembar demi lembar yang harus ia penuhi dengan paragraf-paragraf bertinta hitam. Ia bangkit berdiri dan mematut langkah hanya untuk memijak telacak Laena yang berjalan tanpa menghiraukan presensinya.

Kini ia tersadar, bahwa dirinya memang bukan siapa-siapa selain hanya penulis amatir yang direkrut untuk menambah impresi mengesankan dari kantor bernamakan Serendipity. Ia hanya pemanis luar, yang bilamana eksistensinya dihapuskan pun tak akan menjadi masalah berarti.

Ia mengembuskan napas dengan berat. Seberat kenyataan yang sementara ia sembunyikan bahwa ia lagi dan lagi menolak tawaran dari Yoonseong Cinema.

Kebodohan kedua seorang Park Hani adalah … saking terlalu sensitifnya, terkadang ia malah jadi gagal peka.

Fin/TBC 

[*] bogi sirheo (보기 싫어) : aku tidak ingin melihatnya. 


New Cast : Special Serendipity’s staffs 

Bae Yoobin, 20 y.o, Manajer Publikasi @ Serendipity 


Yoon Dowoon, 22 y.o, Pencetak Naskah @ Serendipity



Yoo Shiah, 22 y.o, Selektor Naskah @ Serendipity


Baek Juho, 21 y.o, Editor @ Serendipity



Satu tanggapan untuk “[Mugunghwa Mini Series #16] Childish Jealousy 

Tinggalkan komentar